strive to be frontier for islam glory

Wednesday, September 29, 2004

This time is one's of my critical times

Assalamu'alaikum wr wb

Ini pertama kali ane bikin blog dan mumpung ada waktu luang dan kesempatan ya ane nyoba-nyoba post sesuatu. Jadi kalo isinya garing afwan ye.

Dalam menjalani hidup ini ane yakin ada titik-titik kritik yang telah dan akan ane lalui. Tapi yang ane rasakan ada dua titik kritik yang telah ane lalui dan satu titik kritik yang ane lagi hadapi. Dua titik kritik yang telah ane lalui telah membentuk ane menjadi sekarang ini. Satu titik kritik yang ane hadapi sekarang yang ane maksudkan adalah masa pasca kelulusan seorang dari kampus. Masa ini setidaknya merupakan suatu sudut hidup seseorang dalam merubah atau meningkatkan kualitas hidup dengan peran diri sendiri yang sangat dominan. Masa deg-degan mendengar lowongan kerja. Ane merasa bersyukur termasuk orang yang cepat mendapatkan pekerjaan dari jangka waktu kelulusan ane dari kampus, hanya berselang kurang lebih satu bulan ane dah mendapat kontrak. Ane sendirilah yang mengambil keputusan terbesar sehingga ane memperoleh pekerjaan sebagai crew rig yang kalo kata orang di bidang ane sendiri mah orang-orang rig teh terkenal sebagai orang kasar, tutur katanya kurang sopan pokoknya berada dalam strata bawah di dunia perminyakan. Ane sendiri yang berusaha merencanakan karir ane sebagai orang professional di bidang perminyakan.

Di masa ini juga selain masalah pekerjaan tentu bagi remaja yang sudah aqil baligh (ehm... ehm...) adalah membentuk sebuah keluarga sendiri (bahasa halus pengen nikah,... eng ing eng mulai deh). Bagi seorang remaja yang dari dulu mencoba memegang teguh prinsip 'says no to pacaran' ah kalau sudah saatnya ane tinggal ngomong sama orang yang ane percaya kalo ane dah ingin dan siap menikah bikin cv nikah dan lihat profile sang calon istri lalu ta'aruf kemudian khitbah, munakahat, walimah selesai deh. Tapi sekarang muncullah berbagai pertimbangan yang membuat ane maju mundur dibuatnya (makanya favorite nasyid ane adalah 'GALAU'-nya Suara Persaudaraan... hehehe). Ane sudah denger kalo ane keukeuh nyari calon istri yang sempurna mah [inget apa? agama (sholehah), cantik (sehat jasmani dan menarik pandangan), pinter (dari ITB juga atau FK deh), kaya (cukup finansialnya dan keluarga baik)] tentu udah banyak yang berminat (mengkhitbahnya gitu loh, meskipun belum tentu ada proposal yang nyangkut). Tapi ya ane mah berdoa yang mendekati sempurna aja deh (soalnya yang sempurna mah suangat syuseh).

Mau tahu apa yang membuat maju mundur ane dan mungkin juga para lelaki pemegang prinsip 'says no to pacaran':
  • Finansial
Karena ane bukan dan jauh dari kalangan the have faktor finansial menjadi salah satu pertimbangan berat dalam memutuskan compose atau pending (kayak email aja) niat menikah. Pertimbangan tentang berapa besarnya biaya untuk pernikahan mulai dari mahar, ceremonial cost, walimah (kalau seandainya orang tua, terutama pihak calon istri, menginginkan ada walimah: gedung, catering, undangan, dokumentasi, transport, logistik dll) ihhh serreeemmm!
Belum lagi pasca pernikahan, biaya hidup berdua dengan istri: makan, tempat tinggal, transport, komunkasi, air, listrik, dll. Mikirin juga tabungan untuk keperluan rumah tangga. Mikir juga anggaran untuk keluarga: Ibu dan adik kalo ada juga buat kaka dan ponakan.
So, dengan pendapatan ane sekarang maukah ada akhwat yang mendekati sempurna menerima ane? siapakah ia? duh andaikan ane bisa tau apa yang ada di balik hati akhwat2, hehehe...

  • Keluarga
Yang dimaksud adalah keluarga dari kedua belah pihak. Jumlah anggota keluarga dan besar anggaran untuk keluarga yang masih membutuhkan bantuan ane dan istri (ujung2nya ke masalah finansial lagi kalo yang satu ini), kebiasaan hidup yang tentu berbeda yang yakin setidaknya merupakan potensi kurang berhasilnya berumah tangga jika ane kurang bisa menyikapinya, dll.
Ane masih punya orientasi untuk membuat keluarga ane meningkat secara kualitas hidup baik dari segi ukhrowi maupun duniawi, ladang amal yang tak jauh dan ane akan merasa puas sekali jika berhasil. Terutama adik ane semata wayang. Ane pengen ia jadi muslim yang tangguh dan berhasil lebih dari yang telah ane dapatkan.
  • Calon istri
Perempuan yang sholehah adalah bagi laki-laki sholehah. Tentu yang jadi pertanyaan seberapa sholehkah ane, duing duing. Layakkah ane? Maukah si perempuan tersebut? Tapi diri ini lebih ke menuntut si calon dengan pertanyaan yakinkah ia 'sang akhwat' yang mendekati sempurna: sholehah, cantik, pinter, kaya dan mau lagi ama ane hehehe...
  • Pandangan hidup
Ini juga yang jadi pertimbangan ane. Ane ingin si calon adalah yang mafhum tentang pandangan hidup menurut pemahaman ane dan syukur2 sih memang sejalan. Bayangkan saja jika ternyata beda pandangan hidup dan sama2 memegang cara pandang hidup masing2 wuih proses komunikasinya akan berjalan cukup alot meskipun dengan dasar pertimbangan agama. Andaikan ia belum mafhum tentu sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga ane wajib melakukan pendidikan atau berbagi cara pandang dan ini juga akan memakan waktu meskipun lebih singkat. Tapi alangkah lebih lancar dan nyaman jika ternyata sejalan dan mempunyai visi dan misi yang sewarna, nah ini tentu akan terasa sekali berjuang bersamanya. Jadi inget 'istri cerdik yang sholehah'-nya The Dzikr.

Waduh sepertinya kepanjangan ya. Tapi setidaknya ane seneng juga sudah bisa berbagi pengalaman. Enak juga ya pake blog ini. Terima kasih ane untuk penyedia blog gratis ini. Semoga jika ane bisa memanfaatkan media ini seoptimal mungkin.

1 Comments:

  • At September 30, 2004 at 6:03 PM , Blogger sandra said...

    cieee...yang mo nikah....hehehe....Btw, itu kaya'nya masalah tiap orang deh...Tapi gpp, jadi banyak tantangannya kan. Selamat 'mencari' deh yaa... :)

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home